KLASIFIKASI KELAS KATA TERBUKA
Kelas kata terbuka adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa. Kelas kata terbuka selalu menjadi dasar dalam proses morfologis. Yang termasuk dalam kelas kata terbuka adalah:
1) nomina
2) verba
3) dan ajektifa.
Ketiga kelas kata terbuka tersebut dapat dilihat karakternya serta dapat diperbandingkan satu sama lain dari anggota kelas adverbia yang dapat mendampingi anggota ketiga kelas utama itu. Anggota kelas adverbia itu menyatakan makna atau konsep negasi, frekuensi (kekerapan), jumlah, komparasi, kala (tenses), perfeksi (keselesaian), keharusan dan kepastian.
Jenis adverbia
1. adverbia negasi
a) bukan
b) tidak
c) tanpa
2. adverbia frekuensi
a) sering
b) jarang
c) kadang-kadang
3. kuantitas (jumlah)
a) banyak
b) sedikit
c) kurang
d) cukup
4. kualitas (derajat)
a) agak
b) cukup
c) lebih
d) kurang
e) sangat
f) sekali
g) paling
h) sedikit
5. kala (tenses)
a) sudah
b) sedang
c) tengah
d) lagi
e) akan
f) hendak
g) mau (akan)
6. keselesaian (perfekt)
a) belum
b) baru
c) sedang
d) sudah
7. keharusan
a) boleh
b) harus
c) wajib
d) mesti
8. kepastian
a) pasti
b) tentu
c) mungkin
d) serigkali
a. Kata-kata kelas nomina tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi, adverbia derajat, adverbia kala, dan adverbia keselesaian, namun dapat didampingi adverbia kuantitas, adverbia negasi (bukan, tanpa), dan adverbia keharusan (boleh, harus) serta adverbia kepastian tetapi dengan persyaratan sebagai kalimat jawaban.
b. Kata-kata kelas verba dapat didampingi oleh adverbia negasi (tidak, tanpa), adverbia frekuensi (sering, jarang), adverbia jumlah (banyak, sedikit, kurang, dan cukup), adverbia kala, adverbia keselesaian, adverbia keharusan dan adverbia kepastian. Dapat didampingi adverbia negasi (bukan) tetapi dengan persyaratan yaitu digunakan dalam konstruksi berkontras. Misalnya: dia bukan menyanyi, melainkan berteriak-teriak.
c. Kata-kata berkelas ajektifa dapat didampingi oleh semua adverbia derajat, semua adverbia keselesaian dan semua adverbia kepastian, tetapi tidak dapat di dampingi oleh adverbia keharusan adverbia frekuensi dan adverbia jumlah. Dapat didampingi oleh negasi (bukan) tetapi dengan persyaratan yaitu dalam konstruksi berkontras.
Misalnya: warnanya bukan merah melainkan oranye.
A. Nomina
Menurut Arifin (2007:109), nomina atau kata benda dapat dilihat dari segi semantis, sintaktis dan bentuk. Dari segi semantis nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep atau pengertian, seperti orang, kursi, ayam, dan pengetahuan. Secara sintaksis nomina memiliki ciri sebagai berikut.
1. Nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek atau pelengkap dalam kalimat verbal. Misalnya pada kalimat Masyarakat kita hendaknya bersungguh-sungguh mengawasi kinerja pemerintah, kata masyarakat (subjek) dan pemerintah (objek) adalah nomina.
2. Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak; tetapi diingkarkan dengan bukan. Jadi kalimat Ibu saya seorang dokter harus diingkarkan menjadi Ibu saya bukan seorang dokter.
3. Pada umumnya nomina dapat diikuti oleh adjektiva, baik langsung maupun diantarai oleh yang. Misalnya, Sepeda dan Koran (nomina) karena dapat dirangkaikan menjadi Sepeda bagus dan Koran bekas, atau Sepeda yang bagus dan Koran yang sudah bekas.
Ciri utama kelas kata nomina dilihat dari adverbia pendampingnya adalah:
a) Tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
b) Tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat, dan paling)
c) Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib
d) Dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang, selembar, dan sebagainya.
Dari segi bentuk nomina turunan dapat dikenali dari afiks-afiks yang diimbuhkan pada dasar yakni bentuk
a) Berprefiks : pe-, per-
b) Berkonfiks : pe-an, per-an, ke-an
c) Bersufiks : -an
B. Verba
Ciri utama verba dapat diketahui lewat perilaku semantis dan sintaksis serta bentuk morfologisnya. Adapun ciri- cirinya sebagai berikut:
1. Verba berfungsi sebagai predikat atau inti predikat kalimat.
2. Secara inheren verba mengandung makna perbuatan, proses atau keadaan yang bukan sifat atau bukan kualitas.
3. Verba yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- untuk menyatakan makna paling. Jadi tidak ada kata terhidup, termati, maupun terpingsan.
4. Verba tidak dapat bergabung dengan kata penunjuk kesangatan (agak, amat, sangat, dan sebagainya).
Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba.
1. Dapat didampingi oleh adverbia negasi (tidak dan tanpa)
2. Dapat didampingi oleh semua daverbia frekuensi (sering, jarang, kadang-kadang)
3. Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongan (sebuah, sebutir, selembar), namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah (sedikit, kurang, cukup)
4. Tidak dapat didampingi oleh semua adverbia derajat.
5. Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (sudah, sedang, tengah, lagi, akan, hendak, mau).
6. Dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian (belum, baru, sedang, sudah).
7. Dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)
Secara morfologi verba yang berupa kata turunan dapat dikenali dari bentuknya.
1. Berprefiks ber-
a) Berkonfiks ber-an
b) Berkonfiks ber-an
c) Berkonfiks ber-kan
2. Berprefiks me-
a) Berkonfiks me-kan
b) Berkonfiks me-i
c) Berkonfiks memper-
d) Berprefiks me- dan konfiks per-kan
e) Berprefiks me- dan berkonfiks per-I (masing-masing dengan bentuk pasifnya berprefiks di-, berprefiks ter- dan berprefiks zero)
3. berprefiks ter-
a) berkonfiks ter-kan
b) berkonfik ter-i
4. berprefiks se-
5. bersufiks –kan
6. bersufiks –i
Kedudukan verba sebagai predikat dapat dibedakan menjadi verba yang membutuhkan nomina sebagai objek (transitif) dan verba yang tidak membutuhkan nomina sebagai objek (intransitif). Contoh: (verba transitif) Bu Nina sedang mencuci piring dan (verba intransitif) Adik sedang mandi.
C. Ajektifa
`Fungsi adjektiva di dalam kalimat adalah memberikan keterangan lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina (menjadi atribut bagi nomina). Adjektiva dapat berfungsi predikatif ataupun adverbial. Fungsi predikatif dan adverbial itu dapat mengacu ke suatu keadaan. Seperti, mabuk, sakit, basah, dan sebagainya. Adjektiva dapat digunakan untuk menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Tingkat kualitas yang ditegaskan antara lain kata sangat dan agak (yang diletakkan di depan adjektiva). Contoh: Badannya sangat kuat. Tingkat badingan dapat dinyatakan dengan kata lebih dan paling, di depan adjektiva. Contoh: Kami lebih senang tinggal di sini.
Ciri utama adjektiva atau kata keadaan dilihat dari adverbia yang mendampinginya. Pertama, tidak didampingi oleh adverbia frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang.
Jadi tidak mungkin ada frasa sering indah. Kedua, tidak dapat didampingi oleh adverbia jumlah, seperti, banyak bagus. Ketiga, dapat didampingi oleh semua adverbial derajat. Contoh: agak tinggi. Keempat, dapat didampingi oleh adverbia kepastian pasti, tentu, mungkin, dan barangkali. Contoh: pasti indah, tentu baik. Kelima, tidak dapat diberi adverbia kala (tenses) hendak dan mau. Contoh: hendak indah.
Ada dua jenis adjektiva yaitu adjektiva bertaraf (pengungkap kualitas) dan adjektiva tak bertaraf (pengungkap keanggotaan sesuatu di dalam golongan). Adapun adjektiva bertaraf dibagi menjadi:
a. Adjektiva pemeri sifat, yaitu memerikan kualitas atau intensitas fisik atau mental. Contoh: rumah bersih, lingkungan nyaman.
b. Adjektiva ukuran, mengacu pada kualitas yang dapat diukur secara kuantutatif. Contoh: pekerjaan berat.
c. Adjektiva warna, yaitu mengacu pada warna sesuatu, seperti baju merah.
d. Adjektiva waktu mengacu pada proses perbuatan atau keadaan, atau keadaan beradanya atau berlangsungnya sesuatu. Contoh: lama, segera, sering, cepat, dan lambat.
e. Adjektiva jarak, yaitu mengacu pada ruang antara dua benda, tempat atau maujud (entitas) sesuatu (yang menjadi pewatas nomina) seperti, lumayan jauh, jarak dekat.
f. Adjektiva sikap batin, yaitu bertalian dengan atau merujuk pada suasana hati atau perasaan. Misalnya, bahagia, kasih, bangga.
g. Adjektiva cerapan, yaitu bertalian dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencitra rasaan. Contoh: gemerlap, bising, busuk, halus, dan asam. Kedua, adjektiva tak bertaraf, menyebabkan acuan nomina yang diwatasinya berada di dalam atau di luar kelompok tertentu. Missal, dunia ghaib, orang lancing, jalan buntu.
Ciri utama ajektifa dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas ajektifa.
1) Tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi (sering, jarang, kafang-kadang)
2) Tidak dapat didampingi oleh adverbia jumlah (banyak, sedikit, sebuah)
3) Dapat didampingi oleh semua adverbia derajat (agak, cukup, lebih, sangat, sedikit, jauh, paling)
4) Dapat didampingi oleh adverbia kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)
5) Tidak dapat diberi adverbia kala (hendak, mau)
Secara morfologi ajektifa yang berupa kata turunan atau kata bentukan dapat dikenali dari sufiks-sufiks (yang berasal dari bahasa asing)
1) -al (faktual, ideal gramatikal)
2) -il (prinsipil, idiil, materiil)
3) -iah (alamiah, ruhaniah, harfiah)
4) -if (efektif, kualitatif, administratif)
5) -ik (mekanik, patriotik, heroik)
6) -is (teknis, kronologis, pancasilais)
7) -istis (materialistis, optimistis, egoistis)
8) -i (islami, alami, jasadi)
9) -wi (duniawi, surgawi, kimiawi)
10) -ni (grejani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar