Senin, 30 Januari 2017

STILISTIKA BAHASA INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Stilistika tidak terbatas dalam bahasa dan sastra. Dalam pengertian yang lebih luas, gaya juga dibicarakan dalam karya seni yang lain, termasuk bentuk-bentuk karangan bebas pada umunya, seperti sosial, politik, ekonomi, media dan sebagainya, bahkan juga dalam kehidupan praktis sehari-hari (Ratna, 2010: vi). Dalam karya seni gaya berkaitan dengan cara-cara pemanfaatan secara khas medium masing-masing, yang kemudian dapat menimbulkan aliran-aliran. Dalam bidang ilmu pengetahuan dikenal gaya ilmiah popular, gaya selingkung. Dalam bidang olahraga dikenal gaya bebas, gaya dada. Dalam media massa dan kehidupan sehari-hari dikenal gaya hidup, gaya orde lama, gaya kapitalis, gaya bintang pop, gaya keratin, dan sebagainya.
Dalam pengertian yang lebih luas sesungguhnya stilistika juga diperlukan bagi ilmu humaniora pada umumnya. Dikaitkan dengan masyarakat kontemporer, di dalamnya terjadi perkembangan berbagai aspek kehidupan secara dinamis, khususnya sebagai akibat kemajuan teknologi komunikasi, stilistika memasuki hampir keseluruhan aspek kehidupan masnusia. Meskipun demikian, khususnya dalam kaitanya dengan teori sastra, stilistika kurang memeperoleh perhaitan. Pada umumnya stilistika lebih banyak dibicarakan dalam ilmu bahasa, yaitu dalam bentuk deskripsi berbagai jenis gaya bahasa, sebagai majas.

B.     Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah pengertian stilistika?
2.      Apa objek stilistika?
3.      Apakah tujuan dari stilistika?
4.      Apakah manfaat mempelajari stilistika?

C.     Tujuan Penulisan
      Tujuan  yang akan dicapai  dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Mampu mendeskripsikan hakikat stilistika
2.      Mampu mendeskripsikan tujuan stilistika.
3.      Mengetahui objek kajian stilistika
4.      Mampu mendeskripsikan manfaat  stilistika

BAB II
STILISTIKA
A.    Pengertian Stilistika
Istilah stilistika berasal dari istilah stylistics dalam bahasa Inggris. Istilah stilistika ataustylistics terdiri dari dua kata style dan icsStylist adalah pengarang atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. Ics atau ika adalah ilmu, kaji, telaah. Jadi, stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya bahasa. Gaya memang selalu dihubungkan dengan pemakaian atau penggunaan bahasa dalam karya sastra. Ini merupakan hakikat stilistika. Ini menyebabkan stilistika merupakan ilmu gabungan atau interdisipliner. Stilistika menggabungkan ilmu linguistik dengan ilmu sastra. Menurut Junus (1989: xvii), hakikat stilistika adalah studi mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra. Stilistika dipakai sebagai ilmu gabung, yakni linguistik dan ilmu sastra. Paling tidak, studi stilistika dilakukan oleh seorang linguis, tetapi menaruh perhatian terhadap sastra (atau sebaliknya). Dalam aplikasinya, seorang linguis bekerja dengan menggunakan data pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan melihat keistimewaan bahasa sastra. Dengan demikian, stilistika dapat dipahami sebagai aplikasi teori linguistik pada pemakaian bahasa dalam sastra.
Menurut Shipley, stilistika adalah ilmu tentang gaya (style), sedangkan style berasal dari kata stilus (latin) yang semula berarti alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. Bagi mereka yang dapat menggunakan alat tersebut secara baik, disebut sebagai praktisi gaya bahasa yang sukses, sebaliknya, bagi mereka yang tidak dapat menggunakan dengan baik, disebut praktisi gaya yang kasar atau gagal. Benda runcing sebagai alat untuk menulis dapat diartikan bermacam-macam. Salah satu diantaranya adalah menggores, melukai, menembus, menusuk bidang datar sebagai alat tulisan. Konotasi lain adalah ”menggores” atau ”menusuk” perasaan pembaca, bahkan juga penulis sendiri sehingga menimbulkan efek tertentu. Pada dasarnya, di sinilah makna kata stilistika sehingga kemudian berarti gaya bahasa yang sekaligus berfungsi sebagai penggunaan bahasa yang khas.
Dalam bidang bahasa dan sastra, stilistika dikatakan sebagai bagian dari ilmu sastra, lebih sempit lagi, ilmu gaya bahasa dalam kaitannya dengan aspek-aspek keindahan. DalamKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gaya memiliki beberapa ciri, yaitu (a) kekuatan, kesanggupan, gaya dalam pengertian denotatif, misalnya gaya pegasm gaya lentur, gaya tarik bumi; (b) sikap, gerakan, seperti dalam tingkah laku, misalnya gaya tarik, gaya hidup; (c) irama, lagu, seperti dalam music, misalnya gaya musik Barat; (d) cara melakukan, seperti dalam olahraga, gaya renang, gaya dada; (e) ragam, cara, seperti dalam bangunan, seperti bagunan gaya Eropa; dan (g) cara yang khas, seperti pemakaian bahasa dalam karya sastra, misalnya gaya inversi.
Stilistika sebagai ilmu yang multidisipliner, telah didefinisikan beragam dan berbeda-beda oleh para ahli. Leech dan Short (1984:13) menyatakan bahwa stilistika adalah studi tentang wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat dalam karya sastra. Analisis stilistika karya sastra lazimnya untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya. Stilistika juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa bahasa yang digunakan dalam sastra memperlihatkan penyimpangan, dan bagaimana pengarang menggunakan tanda-tanda linguistik untuk mencapai efek khusus. Jadi, dapat dikatakan bahwa definisi ilmu stilistika ialah sebagai berikut.
     Ø  Ilmu tentang gaya bahasa.
     Ø  Ilmu interdisipliner antara linguistik dengan sastra.
     Ø  Ilmu tentang penerapan kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian gaya bahasa.
     Ø   Ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra.
    Ø   Ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya sekaligus latar belakang sosialnya.

B.     Objek Kajian Stilistika
Stilistika merupakan ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa-bahasa yang bergaya dalam karya satra. Dalam hal mengkaji bahasa-bahasa yang bergaya tersebut, terdapat berbagai aspek yang dapat dikaji oleh stilistika, mulai dari intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat.
Ranah penelitian stilistika biasanya dibatasi pada teks tertentu. Pengkajian stilistika adalah meneliti gaya sebuah teks sastra secara rinci dengan sistematis memperhatikan preferensi penggunaan kata, struktur bahasa, mengamati antarhubungan pilihan kata untuk mengidentifikasikan ciri-ciri stilistika (stilistic features) yang membedakan pengarang (sastrawan) karya, tradisi, atau periode lainnya. Ciri ini dapat bersifat fonologi (pola bunyi bahasa, mantra dan rima), sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (diksi, frekuensi penggunaan kelas kata tertentu) atau retoris (majas dan citraan). Apresiasi stilistika merupakan usaha memahami, menghayati, dan mengaplikasi gaya agar melahirkan efek artistik. Efek-efek tersebut akan tampak pada ekspresi individual pengarang. Adapun objek kajian stilistika yaitu pribahasa, ungkapan, aspek kalimat, gaya bahasa, plastik bahasa, dan kalimat asosiatif (Natawidjaya, 1986:5). Berikut akan dijelaskan satu per satu.
1.      Peribahasa
Peribahasa adalah kalimat yang memiliki efek konotatif yang digunakan dalam bentuk tulisan maupun percakapan. Terdapat enam jenis peribahasa, yaitu sebagai berikut.
a.       Bidal Bahasa
Bidal bahasa ialah peribahasa sebagai pemanis percakapan atau kalimat dalam tulisan. Misalnya,
     Ø  Angin bertiup sepoi-sepoi basah. Artinya, demikian lembutnya seperti yang selalu dikatakan orang.
   Ø  Beban sudah di pintu. Artinya, segala sesuatu yang telah patut. Anak perempuan dewasa patut dipersuamikan. Warisan yang sudah patut dibagi. Hidangan yang sudah patut dimakan.
     Ø  Telaga di bawah gunung. Artinya, seorang istri yang baik nasibnya, membawa rezeki.
b.      Pepatah
Pepatah sering juga disebut dengan pematah. Pepatah berisi kecaman, sanggahan atau petuah. Pepatah termasuk peribahasa yang digunakan dalam percakapan untuk mematahkan perkataan lawan bicara sehingga ia berhenti atau memahami, dan menyadari kesalahannya. Misalnya,
    Ø  Ada sepanjang jalan, cupak sepanjang betung. Artinya, segala sesuatu pekerjaan ada aturannya. Dalam setiap pergaulan, ada etiketnya. Laki-laki atau perempuan mempunyai cara-cara tersendiri menurut kodratnya.
   Ø  Menjilat air liur. Artinya, yang sudah dibuang dan dihinakan, dimuliakan kembali.
  Ø  Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan. Artinya, kasih seorang ibu tak pernah putus dan selalu abadi, kasih anak kadang-kadang sangat sedikit.
   Ø  Kacang lupa pada kulit. Artinya, orang yang tidak sadar pada asalnya.
c.       Amsal
Amsal berasal dari bahasa Arab, yaitu sama dengan perumpamaan. Amsal ialah peribahasa yang memiliki susunan kata yang mengandung asosiasi, yang bersifat sama dengan yang dimaksud. Isi amsal bisa berupa petatah atau petitih. Di depan susunan amsal, sering didahului kata umpama, bagai, bak, atau seperti. Misalnya,
    Ø  Bagai air di daun talas. Artinya, orang yang tidak tetap pendiriannya.
    Ø  Seperti rusa masuk kampung. Artinya, perihal orang yang tercengang-cengang melihat keindahan.
    Ø  Bagai tokak lekat di kening. Artinya, rasa malu yang tidak dapat disembunyikan.
    Ø  Bagai air dengan tebing. Artinya, sepasang suami istri yang saling sayang menyayangi.
d.      Petitih
Petitih ialah peribahasa yang mengandung nasihat atau pelajaran tentang kehidupan manusia. Petitih ini sering juga disebut dengan hadis melayu. Kebanyakan susunan petitih terdiri dari dua bagian, seperti bentuk gurindam. Kalimat yang pertama berisi sebab dan kalimat kedua berisi akibat. Misalnya,
    Ø  Mumbang jatuh, kelapa jatuh. Artinya, setiap makhluk hidup akan mengalami kematian.
   Ø  Datang nampak muka, pergi Nampak punggung. Artinya, dating dengan baik, pergi pun harus dengan baik.
   Ø  Perang bermalaikat, sabung berjuara. Artinya, janganlah kita terkabur, segala penderitaan, permainan, Tuhan jualah yang menentukan.
  Ø  Ibarat ayam pungguk, segan mencakar, rajin mematuk. Artinya, hal orang yang duduk-duduk saja di rumah, tapi ia segan mencari nafkah.
e.       Kalimat Bersayap
Kalimat bersayap disebut juga kata-kata mutiara. Kalimat bersayap ialah susunan kata yang mengandung firman, falsafah, pepatah, atau petitih. Kalimat bersayap diucapkan oleh pujangga, rasul, nabi, atau filsuf. Prinsip arti materinya terdapat dalam susunan kalimtanya, sedangkan arti konotatifnya, diciptakan melalui usaha tafsiran. Misalnya,
   Ø  Biar kamu rahasiakan perkataan kamu, maupun kamu nyatakan, sesungguhnya Allah itu mengetahui segala isi hati manusia. (Al-Qur’an, surat Al Muluk ayat 13).
    Ø  Kebenaran itu dalam sekali letaknya, tidak terjangkau semuanya oleh manusia.(Democritus).
    Ø  Hanya yang ada itu ada, yang tiada itu tidak. (Permenides).
    Ø  Semuanya itu air. Semuanya itu satu. (Thales).

2.      Ungkapan
Ungkapan ialah hasil pemencilan dua buah kata atau lebih untuk menyatakan suatu maksud yang mempunyai asumsi, berkias, atau berkonotasi. Ungkapan bisa berbentuk kata majemuk atau kelompok kata. Melihat dari frekuensi pemakaiannya, ungkapan lebih banyak digunakan dalam bahasa sehari-hari, maupun karangan, jika dibandingkan dengan pemakaian peribahasa. Hal ini dimungkinkan oleh bentuk ungkapan yang pendek dan mudah diingat. Bagian ungkapan terdiri dari unsur inti dan unsur penjelas. Unsure inti adalah unsure yan diterangkan dan unsure penjelas ialah unsure yang menerangkan. Sifat ungkapan bahasa Indonesia ialah menurut hokum DM (Diterangkan Menerangkan). Misalnya,
    Ø  mencari muka – melakukan sesuatu yang baik agar mendapat perhatian
    Ø  berdahi sempit – berpikiran pendek, pesimistis, kuatir akan hari esok
    Ø  menutup mata – mati, meninggal, wafat, tutup usia
    Ø  buah bibir – diceritakan orang karena kebaikannya
    Ø  makan tangan – mendapat untung, laris dagangannya
    Ø  kabar angin – desas desus
    Ø  anak emas – orang yang paling dikasihi

3.      Aspek Kalimat
Aspek ialah segi pandangan dari sudut mana kita melihat sebuah kalimat sehingga kita memperoleh pengertian yang khas dari maksud kalimat tersebut. Terdapat beberapa jenis aspek kalimat yaitu sebagai berikut.
a.       Aspek Inkhoatif (Inchoative Aspect, Sudut Mula Kerja)
Dalam aspek inkhoatif, sudut pandangan terletak pada proses suksesif (berurutan), tetapi tidak merupakan sebab akibat dan kejadian atau peristiwa itu selalu didahului oleh perbuatan pertamanya. Misalnya, sesudah puas melihat pameran itu, kami pun pulang. 
b.      Aspek Duratif (Durative Aspect, Sudut Terikat Waktu)
Titik perhatiab aspek duratif terletak saat berlakunya peristiwa, kejadian, atau perbuatan yang terikat oleh waktu. Jadi, sifatnya sementara. Misalnya, saya pinjam sebentar saja.
c.       Aspek Resultatif (Resultative Aspect, Sudut Kesimpulan)
Aspek resultatif terdapat dalam kalimat yang mempunyai sebab akibat. Kalimat kedua merupakan perkembangan kalimat pertama. Jadi, terdapat hubungan kait-mengait. Misalnya,karena terlambat satu menit, saya ketinggalan kereta.
d.      Aspek Progesif (Progressive Aspect, Sudut Urutan Maju)
Aspek progresif dapat dilihat dari urutan kejadiannya yang kronologis dan sedang berlangsung. Misalnya, kemarin ia kehujanan, sekarang ia sakit.
e.       Aspek Frekuentatif (Frequentative Aspect, Sudut Kerap Tidaknya)
Frekuentatif artinya kerap atau jarang sesuatu kejadian atau peristiwa itu timbul atau terjadi. Misalnya, sekali-sekali nampak motor hitam lewat, remang-remang saja bentuknya.
f.       Aspek Hipotesis (Hypothesis Aspect, Sudut Kemungkinan)
Hipotesis ialah sesuatu yang dianggap benar, yakni proses kejadian yang telah lampau atau yang akan datang berdasarkan tanggapan hokum-hukum atau bukti-bukti yang berlaku sekarang. Prosesnya mengandung kecendekiaan. Sifatnya indetorminatif. Tidak terikat oleh waktu. Karena itu, hasilnya dapat positif atau negative. Misalnya, nanti, engkau akan disambut dengan meriah.
g.      Aspek Habituatif (Habituative Aspect, Sudut Kebiasaan)
Titik perhatian aspek habituatif ialah perbuatan/kelakuan atau peristiwa berlaku atau terjadi dengan perulangan yang tetap. Dalam kalimat seharu-hari, ditandai oleh kata tugas, yaitu setiap, selalu, tiap-tiap, biasa, dan lain-lain. Misalnya, ia selalu ingat padaku.
h.      Aspek Komparatif (Comparative Aspect, Sudut Perbandingan)
Untuk mengimajinasikan sesuatu hal, kita bisa membandingkan dengan benda yang bersifat sama. Misalnya, setelah bersujud untuk kedua kalinya, pemuda kita mengundurkan diri dengan perasaan seakan-akan baru lulus ujian berat.
i.         Aspek Realis (Realist Aspect, Sudut Kenyataan)
Realis ialah bersifat kenyataan. Jadi, aspek realis meninjau suatu kejadian atau peristiwa ataupun perbuatan dari sedang berlangsungnya atau sudah berlangsungnya. Sifatnya nyata. Misalnya, ia membaca buku di perpustakaan tiga jam yang lalu.
j.        Aspek Arealis (Arealist Aspect, Sudut Belum Nyata)
     Aspek arealis merupakan kebalikan dari aspek realis. Arealis artinya belum nyata, belum terbukti, atau akan terjadi. Misalnya, seandainya saja Afif mencintaiku seperti aku mencintainya, aku pasti akan sangat bahagia.
4.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap pemerhati. Dengan pola materi, akan menimbukan efek lahiriah (efek bentuk), sedangkan dengan pola arti (pola makna) akan menimbulkan efek rohaniah. Terdapat berbagai jenis gaya bahasa. Jenis-jenis tersebut dikelompokkan dalam empat kelompok besar, yaitu gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan.
5.      Nilai Kata
Nilai kata ialah nilai rasa kata yang menimbulkan pengertian khusus dan bersifat gaya bahasa trofen atau metonimia. Misalnya,

Nilai rendah (bahasa umum
Nilai tinggi (bahasa sastra)
Patah semangat
Rapuh
Badan
Tubuh
Serapah
Kutuk
Gudang padi
Lumbung
Jarang
Langka
Perempuan muda
Dara
mati
Gugur, tutup usia, terbang nyawanya

6.      Plastik Bahasa
Plastik bahasa ialah kalimat penulis yang emosional dalam menggambarkan sesuatu hal sehingga menimbulkan gambaran yang jelas. Sifatnya subjektif. Plastic bahasa atau liris prosa ini sebagai hasil ekspresi individual spesifik penulis pada setiap jenis karangannya. Plastic bahasa menimbulkan gambaran dalam pikiran karena terdapat, yaitu (a) penonjolan pokok pikiran, (b) retorika, (c) pemunculan bahasa daerah atau bahasa asing untuk memperjelas, (d) asosiatif, dan (e) bersifat siaran pandangan mata.
7.      Kalimat Asosiatif
Kalimat asosiatif mengandung tiga pengertian pokok yaitu sebagai berikut. Pertama,kalimat asosiatif merupakan kalimat konotatif karena pokok pikiran merupakan lambang dari ekspresi individual. Kedua, kalimat asosiatif ialah kalimat yang mengandung kata-kata terlarang atau pamali bagi sebagian besar orang Indonesia. Ketiga, kalimat asosiatif adalah kalimat yang pokok pikiran atan objeknya mengandung kepercayaan atau tabu.
Contoh kalimat asosiatif I
  o   melati – kesucian, gadis cantik
  o   warna merah – keberanian                          
  o   warna hitam – kesedihan atau ketuhanan
contoh kalimat asosiatif II
Bentuk kata
Tabu bagi daerah
membujang
Tapanuli
Kancing
Minagkabau
Butuh
Palembang, Pontianak
momok
Jawa barat (pasundan)

Contoh kalimat asosiatif III
Nama binatang
Nama penghindar tabu
daerah
Harimau
Datuk,
mbah,
kyai
aden-aden
Sumatera
Jawa barat
Jawa tengah
kalimantan
kucing
Enyeng
sumedang

C.    Tujuan Stilistika
Dalam kedudukannya sebagai teori dan pendekatan penelitian karya sastra yang berorientasi linguistik, stilistika mempunyai tujuan sebagai berikut:
1)                Untuk menghubungkan perhatian kritikus sastra dalam apresiasi estetik dengan perhatian linguis dalam deskripsi linguistik, seperti yang dikemukakan oleh Leech & Short (1984: 13).
2)                Untuk menelaah bagaimana unsur-unsur bahasa ditempatkan dalam menghasilkan pesan-pesan aktual lewat pola-pola yang digunakan dalam sebuah karya sastra (Widdowson, 1979: 202).
3)                Untuk menghubungkan intuisi-intuisi tentang makna-makna dengan pola-pola bahasa dalam teks (sastra) yang dianalisis.
4)                Untuk menuntun pemahaman yang lebih baik terhadap makna yang dikemukakan pengarang dalam karyanya dan memberikan apresiasi yang lebih terhadap kemampuan bersastra pengarangnya (Brooke, 1970: 131).
5)                Untuk menemukan prinsip-prinsip artistik yang mendasai pemilihan bahasa seorang pengarang. Sebab, setiap penulis memiliki kualitas individual masing-masing (Leech dan Short, 1984: 74).
6)                Kajian stilistika akan menemukan kiat pengarang dalam memanfaatkan kemungkinan yang tersedia dalam bahasa sebagai sarana pengungkapan makna dan efek estetik bahasa (Sudjiman, 1995: 56).
Dalam aplikasinya, kajian stolistika karya sastra ditinjau dari kompleksitasnya terbagi menjadi dua macam. Pertama, kajian stilistika karya sastra difokuskan pada pemberdayaan segenap potensi bahasa melalui ekploitasi dan manipulasi bahasa sebagai tanda-tanda linguistik semata. Tanda-tanda linguistik itu meliputi keunikan dan kekhasan bunyi bahasa, diksi, kalimat, wacana, bahasa figuratif dan citraan. Kedua, kajian stilistika yang secara lengkap mengkaji pemanfaatan berbagai bentuk kebahasaan yang sengaja diciptakan oleh sastrawan dalam karya sastra sebagai media ekspresi gagasannya.
D.    Manfaat Stilistika
Berbagai manfaat diperoleh dari stilistika bagi pembaca sastra, guru sastra, kritikus sastra, dan sastrawan. Manfaat menelaah stilistika ialah sebagai berikut.
1)                Mendapatkan atau membuktikan ciri-ciri keindahan bahasa yang universal dari segi bahasa dalam karya sastra lebih.
2)                Menerangkan secara baik keindahan sastra dengan menunjukkan keselarasan penggunaan ciri-ciri keindahan bahasa dalam karya sastra.
3)                Membimbing pembaca menikmati karya sastra dengan baik.
4)                Membimbing sastrawan memperbaiki atau meninggikan mutu karya sastranya.
5)                Kemampuan membedakan bahasa yang digunakan dalam satu karya sastra dengan karya sastra yang lain.



BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Stilistika merupakan Ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya sekaligus latar belakang sosialnya.
2.      Objek kajian stilistika adalah gaya bahasa yang terdapat dalam teks sasatra. Gaya bahasa tersebut mencakup: pribahasa, ungkapan, aspek kalimat, gaya bahasa, plastik bahasa, dan kalimat asosiatif.
3.      Tujuan dari stilistika adalah sebagai berikut:
Ø  Untuk menghubungkan perhatian kritikus sastra dalam apresiasi estetik dengan perhatian linguis dalam deskripsi linguistik, seperti yang dikemukakan oleh Leech & Short (1984: 13).
Ø  Untuk menelaah bagaimana unsur-unsur bahasa ditempatkan dalam menghasilkan pesan-pesan aktual lewat pola-pola yang digunakan dalam sebuah karya sastra (Widdowson, 1979: 202).
Ø  Untuk menghubungkan intuisi-intuisi tentang makna-makna dengan pola-pola bahasa dalam teks (sastra) yang dianalisis.
Ø  Untuk menuntun pemahaman yang lebih baik terhadap makna yang dikemukakan pengarang dalam karyanya dan memberikan apresiasi yang lebih terhadap kemampuan bersastra pengarangnya (Brooke, 1970: 131).
Ø  Untuk menemukan prinsip-prinsip artistik yang mendasai pemilihan bahasa seorang pengarang. Sebab, setiap penulis memiliki kualitas individual masing-masing (Leech dan Short, 1984: 74).
Ø  Kajian stilistika akan menemukan kiat pengarang dalam memanfaatkan kemungkinan yang tersedia dalam bahasa sebagai sarana pengungkapan makna dan efek estetik bahasa (Sudjiman, 1995: 56).
4.      Manfaat dari stilistika adalah sebagai berikut:
Ø  Mendapatkan atau membuktikan ciri-ciri keindahan bahasa yang universal dari segi bahasa dalam karya sastra lebih.
Ø  Menerangkan secara baik keindahan sastra dengan menunjukkan keselarasan penggunaan ciri-ciri keindahan bahasa dalam karya sastra.
Ø  Membimbing pembaca menikmati karya sastra dengan baik.
Ø  Membimbing sastrawan memperbaiki atau meninggikan mutu karya sastranya.
Ø  Kemampuan membedakan bahasa yang digunakan dalam satu karya sastra dengan karya sastra yang lain.
B.     Saran
Berdasarkan pemaparan makalah ini, saran ini kami tujukan kepada para pecinta sastra yakni agar memahami materi stilistika ini, karena menurut kami dengan memahami stilistika para pecinta sastra akan lebih bisa menghayati kandungan-kandungan dalam naskah sastra itu sendiri.















DAFTAR PUSTAKA
http://rahayufitri18.blogspot.com /2015/06/materi-perkuliahan-stilistika.html (Diakses pada 10 November 2016, Pukul 10.30 WIB).
http://umum-sastra.blogspot.co.id /2011/06/stilistika.html (Diakses Pada 10 November 2016, Pukul 10.25 WIB)
Semi, M. Atar. 2008. Stilistika Sastra. Padang: UNP Press.
Sudjiman Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistik. Jakarta: Grafiti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar